Berdasarkan analisis
risiko yang kami lakukan dengan berkunjung langsung kerumah Pak Roni, usaha tempe
lokal jelas mengalami dampak dari kenaikan harga bahan baku kedelai. Kenaikan harga
secara bertahap dirasa memberatkan dikarenakan dapat menurunkan omzet laba penjualan.
Selain itu apabila strategi yang dilakukan adalah menaikan harga jual tempe kepada
konsumen justru akan berakibat pada kehilangan konsumen. Secara otomatis konsumen
tidak mau membeli tempe yang dirasa harganya mahal dan akan beralih kemakanan substitusi
lain seperti telur dan ikan.
Berikut beberapa
tanggapan dan usulan yang kelompok kami lakukan berkaitan dengan kenaikan harga
bahan baku kedelai:
1.
Untuk
meminimalisir risiko kegagalan dalam proses produksi sebaiknya produksi dilakukan
sebanyak 2x dalam sehari, sehingga dengan kuantitas produksi yang yang terbagi
duharapkan juga dapat menjaga kualitas dari setiap tempe yang dihasilkan, dan
mengurangi resiko kegagalan.
2.
Selain
itu dengan berbagai kegagalan yang pernah terjadi, dapat membuat mini
documentationberupa catatan-catatan singkat yang memuat penyebab kegagalan,
sehingga dapat menjadi pelajaran bagi proses produksi selanjutnya.
3.
Beralih
ke tambahan bahan baku substitusi lain
jika dirasa kenaikan harga kedelai import sudah dirasa merugikan dan
tidak ada keuntungan sama sekali, maka dapat mencoba kedelai lokal yang
memiliki kualutas yang tidak jauh berbeda dengan kedelai impor, namun dengan
harga yang lebih murah.
4.
Beberapa
strategi yang dilakukan seperti mengurangi jumlah takaran per bungkus sudah
benar, karena lebih baik mengubah kapasitas per bungkus dibandingkan mengubah
harga jual tempe di pasaran, selain itu Pak Roni juga memiliki tempat penjualan
yang sudah baik, yaitu Pasar Giwangan dan Pasar Gowok tetapi sebaiknya
memperluas area pelanggan yang ada dengan mempromosikan dan memperkenalkan
produk ke area pelanggan baru, misal, ke beberapa Rumah Makan, angkringan, dan
lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar