Strategi yang
dilakukan oleh Pak Roni dalam mengatasi perubahan harga kedelai yang tidak
menentu ini diantaranya:
·
Perubahan
sistem persediaan bahan baku yang tadinya 1,5 ton per sepuluh hari menjadi 1
kuintal per hari secara mengecer, hal ini dilakukan untuk menjaga proses
produksi tetap berlangsung meskipun modal dan biaya produksi terus meningkat .
·
Memperkecil
ukuran tempe dari yang sebelumnya dan mengurangi jumlah komposisi kedelai per
bungkus, karena jika menaikkan harga maka akan mengakibatkan tempe tidak laku
dijual dan beresiko kehilangan konsumen.
·
Jika
pada musim-musim tertentu seperti hari libur Pak Roni melakukan pengurangan
kapasitas produksi. Dari yang misalnya 500 bungkus menjadi 300 bungkus per
harinya. Hal ini dilakukan karena sebagian besar konsumen tempe adalah
mahasiswa dan pelajar.
·
Menjual
tempe dengan diversifikasi harga menjadi 4 jenis yaitu Rp 2.000, Rp 2.500, Rp
3.000, Rp 5.000 agar dapat menjangkau setiap konsumen dari berbagai kondisi
ekonomi.
·
Melakukan
penjualan langsung “direct selling” kepada konsumen, dan tidak menjual tempe
dengan cara menitipkan kepada pedagang lain, karena jika tempe tidak laku pak
Roni dapat menjual tempe di tempat lain seperti pasar gowok, agar tempe tidak rusak.
·
Mendistribusikan tempe ke berbagai alternative pasar yang lain,
supaya dapat menjangkau lebih banyak konsumen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar