Senin, 28 Oktober 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGERAKAN RETURN SAHAM DAN RETURN PASAR


Return saham sangat sensitif terhadap faktor fundamental dan harapan para investor. Berbagai kajian menunjukkan bahwa pasar modal dipengaruhi baik oleh faktor internal maupun faktor eksternal perusahaan. Faktor internal antara lain adalah kualitas manajemen, pendanaan, bentuk investasi, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal antara lain adalah penetapan harga, kekacauan dan peperangan, inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar mata uang, dan sebagainya. Namun demikian, secara umum harga saham individual bergerak searah dengan pergerakan pasar secara keseluruhan. Prinsip ini mendasari dikembangkannya model indeks tunggal (single index model) (Amenc dan Sourd 2003).
BETA
Metodologi.
Meng-Regresi antara Rs ( return saham tlkm ) dengan Rm ( return pasar ) dengan alat Eviews 3.0.
Kami mencari korelasi antara pergerakan Holding Periode Return saham PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk dengan pergerakan indeks pasar berdasarkan model indeks tunggal ( Jogiyanto, “teori  portofolio dan analisis investasi” ), dengan itu kami mengregresi Holding Periode Return harian saham PT Indofood Tbk dengan IHSG, dari hasil regresi itu kami mendapatkan besaran parameter Rm (return pasar) terhadap Rs (return saham) PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk dan besaran parameter tersebut merupakan betanya.
Dependent Variable: RS
Method: Least Squares
Date: 10/24/13   Time: 12:39
Sample(adjusted): 1/01/2010 7/18/2013
Included observations: 925 after adjusting endpoints
            Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
-5.33E-06
 0.000577
-0.009244
 0.9926
RM
0.589718
 0.045121
 13.06977
 0.0000
R-squ ared
 0.156167
    Mean dependent var
 0.000405
Adjusted R-squared
 0.155253
    S.D. dependent var
 0.019058
S.E. of regression
 0.017516
    Akaike info criterion
-5.249216
Sum squared resid
 0.283194
    Schwarz criterion
-5.238773
Log likelihood
 2429.762
    F-statistic
 170.8189
Durbin-Watson stat
 2.170282
    Prob(F-statistic)
 0.000000


















Analisis
Dari estimasian menggunakan Eviews, parameter / koefisien return pasar ( Rm ) sebesar 0.589718 ( berwarna kuning ), di mana angka tersebut merupakan beta perusahaan kami dari tahun 2010 - 2013.Jadi, dari perhitungan tersebut dapat diketahui Beta perusahaan sebesar 0.589718
Dari tingkat beta yang kami estimasi dengan metode regresi tersebut, dapat di ambil kesimpulan bahwa tingkatan beta perusahaan yaitu risiko PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk dapat dikatakan hampir mendekati 1 karena bernilai 0.589718 jika dibulatkan sebesar 0.6. ( 0 < 0.6 < 1 ).
Risiko bisnis.
  1. Analisis dari laporan keuangan
Pendanaan.
Pendanaan



Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
Debt to equity
1.377230903
1.221770226
0,975796748
0,68993621
0,662769865
Debt to asset
0.382248427
0.38033284
0,417021257
0,397491884
0,433307294
Current ratio
0.541604127
0.605823004
0,914898663
0,958042273
1,160368358










Analisis
Dari analisis data debt to equity ratio kami, dapat dilihat porsi hutang dibandingkan dengan modal perusahaan PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. Mengalami penurunan dari tahun 2008 hingga 2012. Penurunan tersebut pertanda baik, karena modal perusahaan yang berasal dari hutang mengalami penurunan dari 1.377 hingga menjadi 0.66 pada tahun 2012. Hal tersebut berdampak terhadap laba perusahaan yang semakin menguat karena pajak bunga perusahaan mengalami penurunan juga.

Dari analisis data debt to asset ratio kami, dapat dilihat porsi aset lancar yang dimilki perusahaan ditambah hutang jangka panjang dibanding jumlah asset yang terdapat pada perusahaan mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Hal tersebut dikarenakan ad anya perubahan asset lancar dalam perusahaan PT. Telekomunikasi indonesia, Tbk.
Dari analisis data current ratio kami, dapat dilihat porsi asset lancar dibanding hutang jangka pendek perusahaan mengalami peningkatan yang cukup baik dari setiap tahunnya hingga tahun 2012. Hal tersebut dikarenakan adanya pelunasan dari pihak perusahaan dan hal tersebut dapat menambah nilai asset yang telah dilunasi tersebut.
  1. Analisis Risiko Bisnis Perusahaan dan Faktor yang mempengaruhi (fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar)
Telkom menghadapi risiko pasar yang muncul akibat perubahan nilai tukar, suku bunga, risiko kredit dan risiko likuiditas, yang tentunya akan berdampak pada kinerja bisnis korporasi. Secaraumum korporasi  melakukan lindung nilai atas kewajiban jangka panjang dalam mata uang asing tetapi pada kewajiban tahun berjalan. Pada tanggal 31 Desember 2011, aset PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. dalam mata uang asing mencapai 36,6% terhadap kewajiban dalam mata uang asing. Potensi terhadap risiko suku bunga dikelola melalui kombinasi kewajiban dan aset tetap dan tidak tetap, termasuk aset dengan suku bunga tetap jangka pendek. Potensi risiko pasar tersebut berfluktuasi selama tahun 2009, 2010 dan 2011 seiring dengan ekonomi Indonesia yang terpengaruh oleh perubahan pada nilai tukar Dolar AS terhadap Rupiah dan suku bunga itu sendiri.
Risiko Nilai Tukar
Potensi risiko terhadap fluktuasi nilai tukar terutama yang berasal dari transaksi penjualan, pembelian dan pinjaman dalam mata uang asing. Kewajiban termasuk hutang dan piutang dalam denominasi mata uang Dolar AS, Yen Jepang. Meningkatnya risiko nilai tukar mata uang asing terhadap kewajiban Perusahaan dan Anak Perusahaannya diharapkan dapat terkompensasi sebagian oleh deposito berjangka dan piutang dalam mata uang asing dengan memperhatikan kecenderungan perubahan pada nilai tukar di masa datang.
Risiko Suku Bunga
Eksposur terhadap fluktuasi tingkat bunga terutama merupakan hasil dari perubahan pada tingkat bunga mengambang diterapkan untuk utang jangka panjang. Risiko ini berkaitan dengan pinjaman di bawah program pinjaman Pemerintah yang telah digunakan untuk membiayai pengeluaran modal Kami. Fluktuasi suku bunga dipantau untuk meminimalkan dampak negatif terhadap posisi keuangan. Pinjaman dengan tingkat bunga variabel menghadapkan Perusahaan dan Anak Perusahaan pada risiko suku bunga. Untuk mengukur risiko pasar dari fluktuasi suku bunga, Perusahaan dan Anak Perusahaan terutama menggunakan profil tingkat bunga dan jatuh tempo dari aset dan kewajiban keuangan berdasarkan perubahan jadwal dari tingkat bunga.
Risiko Kredit
Perusahaan dan Anak Perusahaan menghadapi risiko kredit terutama dari piutang usaha dan piutang lainnya. Risiko kredit dikelola melalui pemantauan saldo yang tersisa dan penagihan piutang usaha dan piutang lainnya. Manajemen yakin akan kemampuannya untuk terus mengendalikan dan mempertahankan nilai minimal dari risiko kredit mengingat bahwa Perusahaan dan Anak Perusahaan telah menyediakan penyisihan yang cukup atas penurunan nilai piutang untuk menutup kerugian yang timbul akibat tidak tertagihnya piutang berdasarkan kerugian historis yang ada
Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas muncul dalam situasi di mana Perusahaan dan Anak Perusahaan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban keuangan pada saat jatuh tempo. Pengelolaan risiko likuiditas yang hati-hati menyiratkan upaya menjaga kas dan setara kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban keuangan Perusahaan dan Anak Perusahaan. Perusahaan dan Anak Perusahaan terus melakukan analisis untuk memonitor rasio posisi keuangan, antara lain, rasio likuiditas, rasio utang terhadap persyaratan perjanjian utang

Dilihat dari daftar nilai tukar harian Rupiah terhadap Dollar selama tahun 2010 hingga 2013, terdapat fluktuasi nilai tukar tersebut dengan beberapa faktor penyebab, seperti :
a.    Pada periode ei 2011-Juli 2012, terjadi fluktuasi nilai tukar terhadap rupiah karena disebabkan adanya krisis yang terjadi di Benua Eropa yang menyebabkan perdagangan dunia menjadi menurun. Pada periode ini, nilai tukar tertinggi pada harga Rp 9540 ( 26 Juli 2012) , nilai tukar terendah sebesar Rp 8502 (  02 Agustus 2011 )
b.    Indikator makroekonomi Indonesia selama tahun 2010 menunjukkan adanya perbaikan perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil melaju pada tingkat 6,1%, sedangkan tingkat inflasi hingga November berhasil ditahan pada level 6,33% (yoy). Hal ini didukung oleh rendahnya tingkat suku bunga BI yang dipertahankan pada level 6,5%. Rendahnya tingkat suku bunga acuan ini menyebabkan sektor kredit mengalami peningkatan tajam sehingga sukses memompa pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari meningkatnya pertumbuhan kredit yang hingga bulan oktober mencapai 19,3% (yoy)
Indonesia juga mengambil keuntungan dari krisis ekonomi yang dialami oleh negara-negara uni eropa. Krisis tersebut menyebabkan adanya perpindahan aliran dana ke emerging market seperti Indonesia. Menurut data World Bank, total dana global yang hijrah ke emerging market hingga bulan oktober mencapai US$ 403 Miliar. Wajar apabila, ada sebagian dari dana global tersebut (US$ 15,7 miliar pada tiga triwulan pertama) yang mampir membanjiri pasar modal Indonesia. Banjir bandang dana global ini sukses mendongkrang IHSG mencapai di atas 3700. Diperkirakan akan terus meningkat pada tahun depan. Melonjaknya IHSG ini dikhawatirkan akan menyebabkan kerentanan apabila terjadi capital flight dari dana-dana asing tersebut.
Keadaan Indonesia yang semakin stabil memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap valas termasuk pula Dollar. Penguatan nilai rupiah sudah terjadi sejak tahun 2009, walaupun pada tahun 2009 terdapat banyak bencana dan masalah yang dapat mempengaruhi keadaan dalam negeri Indonesia. Penguatan nilai yang terus berlanjut ini, di awali pada saat melemahnya rupiah hingga menc apai Rp.12.000,00/USD karena terjadi krisis global.
Banyak prediksi yang mengatakan bahwa pada tahun 2010 ini nilai tukar rupiah akan terus menguat dan hal ini terbukti, di awal tahun 2010 rupiah menguat hingga level Rp.9.300,00/USD. Dan penguatan nilai tukar rupiah terus terjadi hingga awal 12 April 2010 di level Rp.9.025/USD. Tidak hanya terhadap USD nilai tukar rupiah terus menguat, akan tetapi dengan berbagai valas lain nilai tukar rupiah juga ikut menguat dan hal ini tentu saja di pengaruhi oleh kestabilan dalam negeri Indonesia. Kurs rupiah terhadap valas tertanggal 12 April 2010, lihat tabel di bawah ini.
Penguatan Rupiah disatu sisi disambut dengan gembira tapi disisi lain disambut dengan kekhawatiran. Mereka yang mendukung penguatan rupiah melihat kondisi ini akan menguntungkan Indonesia karena penguatan rupiah menunjukkan kepercayaan pasar terhadap ekonomi Indonesia sehingga Indonesia akan menjadi pasar yang menarik untuk pasar modal. Sementara pihak yang khawatir mengacu kepada berkurangnya daya saing ekspor karena  menyusutnya penerimaan ekpsportir dalam Rupiah, sementara biaya meningkat karena bahan baku lokal naik harganya.
c.    Pada periode Agustus 2013, kejatuhan rupiah terhadap dolarpun kembali terjadi, pada tanggal 20 Agustus 2013 rupiah terpuruk di posisi Rp 10.504 per Dollar Amerika Serikat, turun 0,51% ketimbang sehari sebelumnya, dan merupakan posisi terendah sejak Mei 2009. Bahkan di pasar spot, posisi rupiah sudah menembus level Rp 10. 805,5. Posisi nilai tukar rupiah saat itu juga sejalan dengan pasar keuangan yang kembali cras, dimana pada 20 Agustus 2013 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,8% menjadi 4.062,30. Namu pada sesi penutupan kejatuhan IHSG mampu ditahan di level 4.174,98. Ini adalah posisi terendah IHSG sejak september 2012. (Sumber: Kontan)
Kenaikan dan penurunan nilai tukar rupiah serta perubahan faktor Internal maupun Eksternal yang terjadi, yang juga merupakan sumber risiko perusahaan tidak selamya memberiakan dampak yang signifikan terhadap perubahan harga saham maupun return saham PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. Sebagai contoh bahwa ketika kondisi ekonomi berada pada posisi yang stabil pada tahun 2010 return saham TKLM justru berada pada posisi negatif. Sementara kondisi yang sebaliknya justru terjadi pada tahun 2013, ketika kondisi ekonomi kembali terpuruk akibat dampak dari krisis global yang terjadi, saham TKLM justru menunjukkan peningkatan return saham yang signifikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar