Return saham sangat sensitif terhadap faktor fundamental dan harapan para investor. Berbagai kajian
menunjukkan bahwa pasar modal dipengaruhi baik oleh faktor internal maupun
faktor eksternal perusahaan. Faktor internal antara lain
adalah kualitas manajemen, pendanaan, bentuk
investasi, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal antara lain adalah
penetapan harga, kekacauan dan peperangan, inflasi, tingkat suku bunga, nilai
tukar mata uang, dan sebagainya. Namun demikian, secara umum harga saham
individual bergerak searah dengan pergerakan pasar secara keseluruhan. Prinsip
ini mendasari dikembangkannya model indeks tunggal (single index model) (Amenc
dan Sourd 2003).
BETA
Metodologi.
Meng-Regresi
antara Rs ( return saham tlkm ) dengan Rm ( return pasar ) dengan alat Eviews
3.0.
Kami
mencari korelasi antara pergerakan Holding
Periode Return saham PT. TELEKOMUNIKASI
INDONESIA, Tbk dengan pergerakan indeks pasar berdasarkan model indeks tunggal
( Jogiyanto, “teori
portofolio dan analisis investasi” ), dengan itu kami mengregresi Holding Periode Return harian saham PT
Indofood Tbk dengan IHSG, dari hasil regresi itu kami mendapatkan besaran
parameter Rm (return pasar) terhadap Rs (return saham) PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk dan
besaran parameter tersebut merupakan betanya.
Dependent
Variable: RS
|
||||
Method:
Least Squares
|
||||
Date:
10/24/13 Time: 12:39
|
||||
Sample(adjusted):
1/01/2010 7/18/2013
|
||||
Included
observations: 925 after adjusting endpoints
|
||||
Variable
|
Coefficient
|
Std.
Error
|
t-Statistic
|
Prob.
|
C
|
-5.33E-06
|
0.000577
|
-0.009244
|
0.9926
|
RM
|
0.589718
|
0.045121
|
13.06977
|
0.0000
|
R-squ
ared
|
0.156167
|
Mean dependent var
|
0.000405
|
|
Adjusted
R-squared
|
0.155253
|
S.D. dependent var
|
0.019058
|
|
S.E. of
regression
|
0.017516
|
Akaike info criterion
|
-5.249216
|
|
Sum
squared resid
|
0.283194
|
Schwarz criterion
|
-5.238773
|
|
Log
likelihood
|
2429.762
|
F-statistic
|
170.8189
|
|
Durbin-Watson
stat
|
2.170282
|
Prob(F-statistic)
|
0.000000
|
Analisis
Dari
estimasian menggunakan Eviews, parameter / koefisien return pasar ( Rm ) sebesar 0.589718 (
berwarna kuning ), di mana angka tersebut merupakan beta perusahaan kami dari
tahun 2010 - 2013.Jadi, dari perhitungan tersebut dapat diketahui Beta
perusahaan sebesar 0.589718
Dari
tingkat beta yang kami estimasi dengan metode regresi tersebut, dapat di ambil
kesimpulan bahwa tingkatan beta perusahaan yaitu risiko PT. TELEKOMUNIKASI
INDONESIA, Tbk dapat dikatakan hampir mendekati 1 karena bernilai 0.589718 jika
dibulatkan sebesar 0.6. ( 0 < 0.6 < 1 ).
Risiko bisnis.
- Analisis dari laporan keuangan
Pendanaan.
Pendanaan
|
|
|
|
|||||
Tahun
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
|||
Debt to
equity
|
1.377230903
|
1.221770226
|
0,975796748
|
0,68993621
|
0,662769865
|
|||
Debt to
asset
|
0.382248427
|
0.38033284
|
0,417021257
|
0,397491884
|
0,433307294
|
|||
Current
ratio
|
0.541604127
|
0.605823004
|
0,914898663
|
0,958042273
|
1,160368358
|
|||
Analisis
Dari analisis data debt to
equity ratio kami, dapat dilihat porsi hutang dibandingkan dengan modal
perusahaan PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk.
Mengalami penurunan dari tahun 2008 hingga 2012. Penurunan tersebut pertanda
baik, karena modal perusahaan yang berasal dari hutang mengalami penurunan dari
1.377 hingga menjadi 0.66 pada tahun 2012. Hal tersebut berdampak terhadap laba
perusahaan yang semakin menguat karena pajak bunga perusahaan mengalami
penurunan juga.
Dari
analisis data debt to asset ratio
kami, dapat dilihat porsi aset lancar yang dimilki perusahaan ditambah hutang
jangka panjang dibanding jumlah asset yang terdapat pada perusahaan mengalami
fluktuasi setiap tahunnya. Hal tersebut dikarenakan ad
anya perubahan asset lancar dalam perusahaan PT. Telekomunikasi indonesia, Tbk.
Dari
analisis data current ratio kami,
dapat dilihat porsi asset lancar dibanding hutang jangka pendek perusahaan
mengalami peningkatan yang cukup baik dari setiap tahunnya hingga tahun 2012.
Hal tersebut dikarenakan adanya pelunasan dari pihak perusahaan dan hal
tersebut dapat menambah nilai asset yang telah dilunasi tersebut.
- Analisis Risiko Bisnis Perusahaan dan Faktor yang mempengaruhi (fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar)
Telkom menghadapi risiko pasar yang muncul akibat perubahan nilai
tukar, suku bunga, risiko kredit dan risiko likuiditas, yang tentunya akan
berdampak pada kinerja bisnis korporasi. Secaraumum korporasi melakukan lindung nilai atas kewajiban jangka
panjang dalam mata uang asing tetapi pada kewajiban tahun berjalan. Pada
tanggal 31 Desember 2011, aset PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. dalam mata
uang asing mencapai 36,6% terhadap kewajiban dalam mata uang asing. Potensi
terhadap risiko suku bunga dikelola melalui kombinasi kewajiban dan aset tetap
dan tidak tetap, termasuk aset dengan suku bunga tetap jangka pendek. Potensi
risiko pasar tersebut berfluktuasi selama tahun 2009, 2010 dan 2011 seiring
dengan ekonomi Indonesia yang terpengaruh oleh perubahan pada nilai tukar Dolar
AS terhadap Rupiah dan suku bunga itu sendiri.
Risiko Nilai Tukar
Potensi
risiko terhadap fluktuasi nilai tukar terutama yang berasal dari transaksi
penjualan, pembelian dan pinjaman dalam mata uang asing. Kewajiban termasuk
hutang dan piutang dalam denominasi mata uang Dolar AS, Yen Jepang.
Meningkatnya risiko nilai tukar mata uang asing terhadap kewajiban Perusahaan
dan Anak Perusahaannya diharapkan dapat terkompensasi sebagian oleh deposito
berjangka dan piutang dalam mata uang asing dengan memperhatikan kecenderungan
perubahan pada nilai tukar di masa datang.
Risiko Suku Bunga
Eksposur terhadap fluktuasi tingkat bunga terutama merupakan hasil
dari perubahan pada tingkat bunga mengambang diterapkan untuk utang jangka
panjang. Risiko ini berkaitan dengan pinjaman di bawah program pinjaman
Pemerintah yang telah digunakan untuk membiayai pengeluaran modal Kami.
Fluktuasi suku bunga dipantau untuk meminimalkan dampak negatif terhadap posisi
keuangan. Pinjaman dengan tingkat bunga variabel menghadapkan Perusahaan dan
Anak Perusahaan pada risiko suku bunga. Untuk mengukur risiko pasar dari
fluktuasi suku bunga, Perusahaan dan Anak Perusahaan terutama menggunakan
profil tingkat bunga dan jatuh tempo dari aset dan kewajiban
keuangan berdasarkan perubahan jadwal dari tingkat bunga.
Risiko
Kredit
Perusahaan
dan Anak Perusahaan menghadapi risiko kredit terutama dari piutang usaha dan
piutang lainnya. Risiko kredit dikelola melalui pemantauan saldo yang tersisa
dan penagihan piutang usaha dan piutang lainnya. Manajemen yakin akan
kemampuannya untuk terus mengendalikan dan mempertahankan nilai minimal dari
risiko kredit mengingat bahwa Perusahaan dan Anak Perusahaan telah menyediakan
penyisihan yang cukup atas penurunan nilai piutang untuk menutup kerugian yang
timbul akibat tidak tertagihnya piutang berdasarkan kerugian historis yang ada
Risiko
Likuiditas
Risiko
likuiditas muncul dalam situasi di mana Perusahaan dan Anak Perusahaan
mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban keuangan pada saat jatuh tempo.
Pengelolaan risiko likuiditas yang hati-hati menyiratkan upaya menjaga kas dan
setara kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban keuangan Perusahaan dan Anak
Perusahaan. Perusahaan dan Anak Perusahaan terus melakukan analisis untuk
memonitor rasio posisi keuangan, antara lain, rasio likuiditas, rasio utang
terhadap persyaratan perjanjian utang
Dilihat
dari daftar nilai tukar harian Rupiah
terhadap Dollar selama tahun 2010 hingga 2013,
terdapat fluktuasi nilai tukar tersebut dengan
beberapa faktor penyebab, seperti :
a.
Pada periode ei 2011-Juli 2012, terjadi fluktuasi nilai tukar
terhadap rupiah karena disebabkan adanya krisis yang terjadi di Benua Eropa
yang menyebabkan perdagangan dunia menjadi menurun. Pada periode ini, nilai tukar tertinggi pada
harga Rp 9540 ( 26 Juli 2012) , nilai tukar terendah
sebesar Rp 8502 ( 02 Agustus 2011 )
b.
Indikator makroekonomi Indonesia
selama tahun 2010 menunjukkan adanya perbaikan perekonomian Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil melaju pada tingkat 6,1%, sedangkan
tingkat inflasi hingga November berhasil ditahan pada level 6,33% (yoy). Hal
ini didukung oleh rendahnya tingkat suku bunga BI yang dipertahankan pada level
6,5%. Rendahnya tingkat suku bunga acuan ini menyebabkan sektor kredit
mengalami peningkatan tajam sehingga sukses memompa pertumbuhan ekonomi. Hal
ini terlihat dari meningkatnya pertumbuhan kredit yang hingga bulan oktober
mencapai 19,3% (yoy)
Indonesia juga mengambil keuntungan dari krisis ekonomi yang
dialami oleh negara-negara uni eropa. Krisis tersebut menyebabkan adanya
perpindahan aliran dana ke emerging market seperti Indonesia. Menurut data
World Bank, total dana global yang hijrah ke emerging market hingga bulan
oktober mencapai US$ 403 Miliar. Wajar apabila, ada sebagian dari dana global
tersebut (US$ 15,7 miliar pada tiga triwulan pertama) yang mampir membanjiri
pasar modal Indonesia. Banjir bandang dana global ini sukses mendongkrang IHSG
mencapai di atas 3700. Diperkirakan akan terus meningkat pada tahun depan.
Melonjaknya IHSG ini dikhawatirkan akan menyebabkan kerentanan apabila terjadi
capital flight dari dana-dana asing tersebut.
Keadaan
Indonesia yang semakin stabil memberikan pengaruh yang cukup
kuat terhadap valas termasuk pula Dollar. Penguatan nilai rupiah
sudah terjadi sejak tahun 2009, walaupun pada tahun 2009 terdapat banyak
bencana dan masalah yang dapat mempengaruhi keadaan dalam negeri Indonesia.
Penguatan nilai yang terus berlanjut ini, di awali pada saat melemahnya rupiah
hingga menc
apai Rp.12.000,00/USD karena terjadi krisis global.
Banyak
prediksi yang mengatakan bahwa pada tahun 2010 ini nilai tukar rupiah akan
terus menguat dan hal ini terbukti, di awal tahun 2010 rupiah menguat hingga
level Rp.9.300,00/USD. Dan penguatan nilai tukar rupiah terus terjadi hingga
awal 12 April 2010 di level Rp.9.025/USD. Tidak hanya terhadap USD nilai tukar
rupiah terus menguat, akan tetapi dengan berbagai valas lain nilai tukar rupiah
juga ikut menguat dan hal ini tentu saja di pengaruhi oleh kestabilan dalam
negeri Indonesia. Kurs rupiah terhadap valas tertanggal 12 April 2010, lihat
tabel di bawah ini.
Penguatan Rupiah disatu sisi disambut dengan gembira tapi disisi
lain disambut dengan kekhawatiran. Mereka yang mendukung penguatan rupiah
melihat kondisi ini akan menguntungkan Indonesia karena penguatan rupiah
menunjukkan kepercayaan pasar terhadap ekonomi Indonesia sehingga Indonesia
akan menjadi pasar yang menarik untuk pasar modal. Sementara pihak yang
khawatir mengacu kepada berkurangnya daya saing ekspor karena menyusutnya penerimaan ekpsportir dalam
Rupiah, sementara biaya meningkat karena bahan baku lokal naik harganya.
c.
Pada periode Agustus 2013,
kejatuhan rupiah terhadap dolarpun kembali terjadi, pada tanggal 20 Agustus 2013
rupiah terpuruk di posisi Rp 10.504 per Dollar Amerika Serikat, turun 0,51%
ketimbang sehari sebelumnya, dan merupakan posisi terendah sejak Mei 2009.
Bahkan di pasar spot, posisi rupiah sudah menembus level Rp 10. 805,5.
Posisi nilai tukar rupiah saat itu juga sejalan dengan pasar keuangan yang
kembali cras, dimana pada 20 Agustus
2013 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,8% menjadi
4.062,30. Namu pada sesi penutupan kejatuhan IHSG mampu ditahan di level
4.174,98. Ini adalah posisi terendah IHSG sejak september 2012. (Sumber:
Kontan)
Kenaikan dan penurunan nilai tukar rupiah serta perubahan faktor
Internal maupun Eksternal yang terjadi, yang juga merupakan sumber risiko
perusahaan tidak selamya memberiakan dampak yang signifikan terhadap perubahan
harga saham maupun return saham PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. Sebagai
contoh bahwa ketika kondisi ekonomi berada pada posisi yang stabil pada tahun
2010 return saham TKLM justru berada pada posisi negatif. Sementara kondisi
yang sebaliknya justru terjadi pada tahun 2013, ketika kondisi ekonomi kembali
terpuruk akibat dampak dari krisis global yang terjadi, saham TKLM justru menunjukkan peningkatan return saham yang signifikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar